Sabtu, 02 Maret 2013

legenda bukit Tangkiling

Bukit Tangkiling

Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu'alaikum wr wb.
Ini adalah perjalanan atau petualangan pertama yang Akang tulis. Sebenarnya banyak perjalanan Akang  yang bisa ditulis, tapi belum bisa untuk ditulis. Langsung saja, tulisan ini mengenai Bukit Tangkiling.
Anda tahu apa itu Bukit Tangkiling?

Sebenarnya Akang juga kurang tahu mengenai tempat ini. Kebetulan beberapa waktu yang lalu Akang sempat jalan-jalan ke bukit ini. Lumayan melelahkan, tapi setimpal dengan apa yang Akang dapatkan.Sekitar 30 Km (Kurang tahu juga pastinya berapa) jaraknya dari ibukota provinsi Kalimantan
Tengah, yaitu Palangkaraya.Setelah Akang jalan-jalan di tempatnya Om Google, Akang menemukan fakta ternyata Bukit Tangkiling ini termasuk kawasan Taman Wisata Alam Bukit Tangkiling.Dan ternyata di sini terdapat 9 bukit, dengan nama Baranahu, Kalalawit, Tabala, Tunggal, Bulan, Buhis, Liau, Lisin, dan tentunya Tangkiling.
Kembali ke cerita Akang, baru setengah perjalanan Akang mendaki bukit ini, sudah sebesar biji jagung keringat yang keluar. "Sudah setengah perjalan, kalau tidak sampai kan rugi". Yakin Usaha Sampai. Jadi, perjalanan ini Akang lanjutkan. Alhamdulillah bisa sampai puncak. Terbayar rasanya setiap nafas yang dihembuskan, setiap tetes keringat yang bercucuran setelah melihat keindahan panorama di puncak bukit ini.
Oh iya, selain itu Akang mau sharing mengenai Bukit Tangkiling ini. Berikut sejarah dari Bukit Tangkiling:
Ceritanya mirip Sangkuriang dari Jawa Barat.
Alkisah disebutlah seorang pemuda bernama Tangkiling. Seorang saudagar kaya dengan kapal besarnya yang kerap melanglang buana. Suatu hari, singgahlah ia di pelabuhan dan turun dari kapal untuk berjalan-jalan. Tangkiling kemudian bertemu perempuan dan terpesona. Demikian pula si perempuan yang bernama Bawi Kuwu itu tertarik dengan kegagahan Tangkiling, sehingga tak perlu lama bagi mereka memutuskan untuk menikah. Pesta pernikahan megah digelar dan Tangkiling menikmati masa-masa indah bersama pasangannya.
Lebih kurang tiga bulan setelah pernikahan, Bawi Kuwu diminta mencari kutu di kepala Tangkiling. Ketika menyibak rambut yang lebat, sadarlah Bawi Kuwu bahwa Tangkiling adalah anaknya. Karena sewaktu Tengkiling kecil dulu, dia pernah dipukul Bawi Kuwu di bagian kepala sehingga menimbulkan bekas luka.
Tangkiling pun baru sadar, bahwa dia telah jadi korban sang Oedipus. Kontan ibu dan anak itu bercerai, dan Tangkiling pun lari ke hutan sementara ibunya saking malunya, tak berani turun dari bahtera.
Tangkiling tidak lari untuk menjauhkan diri, tapi untuk menebus dosanya sesuai dengan tuntutan adat. Bersenjata sumpit saja, dia bunuh sejumlah babi hutan dan menjangan untuk binatang kurban, lantas dia kembali ke kampung. Semua orang kampung diundangnya menghadiri pesta penebusan dosa. Pada saat hadirin sudah mabuk dan kekenyangan setelah menyantap suguhan Tangkiling, Raja Pali (Dewa Kilat) yang menjadi asisten Raja Tontong Matanandu (dewa tertinggi di alam-atas) mengirimkan kilatnya untuk menghukum Tangkiling yang telah melanggar hukum Pali (tabu). Tangkiling dan keenam pengawalnya berubah jadi batu. Begitu pula bahtera Tangkiling yang menjadi Batu Banama di bukit Tangkiling sekarang. Bawi Kuwu, terkurung hidup-hidup dalam Batu Banama itu. Riwayat Bawi Kuwu yang cantik jelita itu belum berakhir. Dia dikisahkan pintar menjahit pakaian, dan orang-orang yang percaya dapat memasukkan kain dalam salah satu celah di sisi samping bahtera batu itu, dan pakaian yang sudah terjahit akan ke luar dari situ. Namun suatu ketika, ada seorang Bagumpai (suku Dayak yang sudah masuk Islam, di perbatasan Kal-Sel/Kal-Teng) yang penasaran ingin melihat puteri yang cantik dan pintar menjahit itu. Dipancingnya Bawi Kuwu dengan sepotong kain untuk mengeluarkan tangannya dari celah itu. Begitu tangan Bawi Kuwu terjulur dari celah, disambarnya tangan perempuan itu.
Namun Bawi Kuwu tetap juga tak dapat diseret ke luar. Saking jengkelnya, orang Bagumpai tadi menghunus parangnya, dan memancung tangan puteri nan malang itu. Sejak saat itu, celah itu tertutup, dan sang puteri yang sudah buntung tangannya itu tak lagi mau melayani pesanan jahitan tanpa bayaran itu.
Begitulah cerita rakyat yang menyebar di daerah tersebut. Semuanya kembali kepada Anda mau percaya atau tidak, yang jelas Bukit Tangkiling ini benar-benar ada. Kalau ke Palangkaraya jangan lupa untuk mengunjung tempat ini. "Cintailah tempat wisata dalam negeri". 
Semoga bisa bermanfaat, cukup sekian dari Akang.

Wassalamu'alaikum wr wb :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

untuk pemesanan dan komentar/saran tulis di sini