Bukit Tangkiling
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu'alaikum wr wb.
Ini
adalah perjalanan atau petualangan pertama yang Akang tulis. Sebenarnya
banyak perjalanan Akang yang bisa ditulis, tapi belum bisa untuk
ditulis. Langsung saja, tulisan ini mengenai Bukit Tangkiling.
Anda tahu apa itu Bukit Tangkiling?
Sebenarnya Akang juga kurang tahu mengenai tempat ini. Kebetulan
beberapa waktu yang lalu Akang sempat jalan-jalan ke bukit ini. Lumayan
melelahkan, tapi setimpal dengan apa yang Akang dapatkan.Sekitar 30 Km
(Kurang tahu juga pastinya berapa) jaraknya dari ibukota provinsi
Kalimantan
Tengah, yaitu Palangkaraya.Setelah Akang jalan-jalan
di tempatnya Om Google, Akang menemukan fakta ternyata Bukit Tangkiling
ini termasuk kawasan Taman Wisata Alam Bukit Tangkiling.Dan ternyata di
sini terdapat 9 bukit, dengan nama Baranahu, Kalalawit, Tabala,
Tunggal, Bulan, Buhis, Liau, Lisin, dan tentunya Tangkiling.
Kembali ke cerita Akang, baru setengah perjalanan Akang mendaki bukit
ini, sudah sebesar biji jagung keringat yang keluar. "Sudah setengah
perjalan, kalau tidak sampai kan rugi". Yakin Usaha Sampai. Jadi,
perjalanan ini Akang lanjutkan. Alhamdulillah bisa sampai puncak.
Terbayar rasanya setiap nafas yang dihembuskan, setiap tetes keringat
yang bercucuran setelah melihat keindahan panorama di puncak bukit ini.
Oh iya, selain itu Akang mau sharing mengenai Bukit Tangkiling ini. Berikut sejarah dari Bukit Tangkiling:
Alkisah disebutlah seorang pemuda bernama Tangkiling. Seorang saudagar kaya
dengan kapal besarnya yang kerap melanglang buana. Suatu hari,
singgahlah ia di pelabuhan dan turun dari kapal untuk berjalan-jalan. Tangkiling
kemudian bertemu perempuan dan terpesona. Demikian pula si perempuan
yang bernama Bawi Kuwu itu tertarik dengan kegagahan Tangkiling,
sehingga tak perlu lama bagi mereka memutuskan untuk menikah. Pesta
pernikahan megah digelar dan Tangkiling menikmati masa-masa indah
bersama pasangannya.
Lebih kurang tiga bulan setelah pernikahan, Bawi
Kuwu diminta mencari kutu di kepala Tangkiling. Ketika menyibak rambut
yang lebat, sadarlah Bawi Kuwu bahwa Tangkiling adalah anaknya. Karena
sewaktu Tengkiling kecil dulu, dia pernah dipukul Bawi Kuwu di bagian
kepala sehingga menimbulkan bekas luka.
Tangkiling pun baru sadar, bahwa dia
telah jadi korban sang Oedipus. Kontan ibu dan anak itu bercerai, dan
Tangkiling pun lari ke hutan sementara ibunya saking malunya, tak berani
turun dari bahtera.
Tangkiling tidak lari untuk menjauhkan
diri, tapi untuk menebus dosanya sesuai dengan tuntutan adat. Bersenjata
sumpit saja, dia bunuh sejumlah babi hutan dan menjangan untuk binatang
kurban, lantas dia kembali ke kampung. Semua orang kampung diundangnya
menghadiri pesta penebusan dosa. Pada saat hadirin sudah mabuk dan
kekenyangan setelah menyantap suguhan Tangkiling, Raja Pali (Dewa Kilat)
yang menjadi asisten Raja Tontong Matanandu (dewa tertinggi di
alam-atas) mengirimkan kilatnya untuk menghukum Tangkiling yang telah
melanggar hukum Pali (tabu). Tangkiling dan keenam pengawalnya berubah
jadi batu. Begitu pula bahtera Tangkiling yang menjadi Batu Banama di
bukit Tangkiling sekarang. Bawi Kuwu, terkurung hidup-hidup dalam Batu
Banama itu. Riwayat Bawi Kuwu yang cantik jelita itu belum berakhir. Dia
dikisahkan pintar menjahit pakaian, dan orang-orang yang percaya dapat
memasukkan kain dalam salah satu celah di sisi samping bahtera batu itu,
dan pakaian yang sudah terjahit akan ke luar dari situ. Namun suatu
ketika, ada seorang Bagumpai (suku Dayak yang sudah masuk Islam, di
perbatasan Kal-Sel/Kal-Teng) yang penasaran ingin melihat puteri yang
cantik dan pintar menjahit itu. Dipancingnya Bawi Kuwu dengan sepotong
kain untuk mengeluarkan tangannya dari celah itu. Begitu tangan Bawi
Kuwu terjulur dari celah, disambarnya tangan perempuan itu.
Namun Bawi Kuwu tetap juga tak dapat
diseret ke luar. Saking jengkelnya, orang Bagumpai tadi menghunus
parangnya, dan memancung tangan puteri nan malang itu. Sejak saat itu,
celah itu tertutup, dan sang puteri yang sudah buntung tangannya itu tak
lagi mau melayani pesanan jahitan tanpa bayaran itu.
Begitulah cerita rakyat yang menyebar di daerah tersebut. Semuanya
kembali kepada Anda mau percaya atau tidak, yang jelas Bukit Tangkiling
ini benar-benar ada. Kalau ke Palangkaraya jangan lupa untuk mengunjung
tempat ini. "Cintailah tempat wisata dalam negeri".
Semoga bisa bermanfaat, cukup sekian dari Akang.
Wassalamu'alaikum wr wb :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
untuk pemesanan dan komentar/saran tulis di sini